teori behavirisme dan konstruktivisme dalam strategi belajar mengajar


A.        Pengertian Teori dan Belajar
  1. Arti Teori
“Theori is a story defining key term, providing conceptual, framework, and explaining something occurs. Teori adalah sebuah sejarah yang mendefinisikan kata kunci, menyiapkan kerangka kerja konseptual, dan menjelaskan terjadinya sesuatu. Berdasarkan definisi tersebut, dikatakan bahwa teori merupakan suatu proses. “A theory is a colection of concepts or principles that define something and give direction to an individual attempting to be manager”. Teori adalah sebuah kumpulan konsep-konsep atau prinsip prinsip yang membatasi sesuatu dan memberikan direction pada seorang individu untuk menjadi seorang manajer. “A theory is a set of assumption from which can be derived by purely logico-mathematical procedures a larger set ofempirical laws”.
Sebuah teori adalah seperangkat asumsi-asumsi yang berasal dari prosedur logika matematika murni dari hukum-hukum empiris. “A theory is a set of interrelated construct (concept, definition, and propositions among variable, with the purpose of explaining and predicting the phenomena”. Teori adalah seperangkat konsep atau konstruk yang saling berhubungan dengan yang lain, definisi-definisi, dan proposisi proposisi diantara variabel, dengan tujuan memberi penjelasan dan memprediksi fenomena atau gejala. [1]
Dari definisi tersebut, teori didefinisikan sebagai seperangkat atau set konsep-konsep, konstruk-konstruk, asumsi-asumsi, definisi definisi, proporsisi-proporsisi yang diperoleh melalui prosedur logika matematika murni dari hukum-hukum empiris yang bertujuan memberi penjelasan dan memprediksi fenomena-fenomena. Teori memiliki karakteristik umum. Adapun karakteristik umum dari teori yaitu tidak ada prosedur/resep untuk mengembangkan teori; tidak dapat diuji secara langsung; definisi-definisi pengalaman adalah esensial; dan postulat harus menjadi internally consistent. Selanjutnya, teori memiliki fungsi sebagai taksonomi, eksplanatori, prediksi, dan heuristik (menyelidiki dan mempertanyakan).
  1. Arti Belajar
Secara umum, belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan.
Definisi Belajar Menurut James O. Wittaker Menurut James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. “Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience”. Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar. b. Definisi Belajar Menurut Cronbach Menurut Cronbach dalam bukunya yang berjudul “Educational Psycology” sebagai berikut. “Learning is shown by change in behavior as a result of axperience”.[2]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dan aktivitas yang melibatkan seluruh indra yang mampu mengubah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya.


B.        Prinsip-prinsip Belajar
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikaannya kepada orang lain.Ada sejumlah pinsip belajr menurut Gegne  sebagai berikut :
1.  Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.
2.  Pengulangan, siyuasi dan respon anak diulang-ulang atau dipraktekan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.
3.  Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menuatkan respon itu.
4.  Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.
5.  Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak
6.  Ada upaya membangktkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti appersepsi dalam engajar.
7.  Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.
8.  Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran.
Tiga butir pertama disebut Gagne sebagai factor-faktor eksteren yang mempengaruhi hasil belajar, sedangkan sisanya adalah sebagai faktr-faktor interen. Factor-faktor eksteren lebih banyak dapat ditangani oleh pendidik, sementara itu factor-faktor interen dikembangkan sendiri oleh anak-anak dibawah arahan dan strategi mengajar atau pendidik.[3]

C.        Teori Belajar Behaviorisme dan Kontrukstivisme
  1. Teori Belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Menurut teori behavior, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau otput yang berupa respon.
Teori behavioristik dengan model dan hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Berikut tokoh-tokoh teori behavioristik:
  1. Edward L. Thordike
Menurut teori ini, belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara stimulus dan respon. Thorndike menekankan bahwa belajar terdiri atas pembentukan ikatan atau hubungan-hubungan antara stimulus-respons yang terbentuk melalui pengulangan.[4]
            Teori  ini dimunculkan sebagai hasil eksperimen yang dilakukan oleh thorndike. Beliau melakukan percobaan pada seekor kucing muda. Kucing itu dibiarkan kelaparan dalam kurungan yang pintunya berjeruji. Kurungan kucing itu diberi beberapa tombol. Apabila salah satu tombolnya terpijit,  pintu itu akan terbuka dengan sendirinya. Sementara itu, di luar kurungan disediakan makanan yang diletakkan dalam sebuah piring. Kucing mulai beraksi. Ia bergerak kesana kemari dan mencoba untuk keluar dari kurungan. Tidak beberapa lama tanpa disengaja kucing tersebut menyentuh tombol pembuka pintu. Dengan girang, ia keluar dari kurungan dan menuju tempat makanan tersebut.
Thorndike mencoba beberapa kali hal yang sama pada kucing tersebut. Pada awal percobaan kucing tersebut masih mondar-mandir hingga menyentuh tombol. Namun setelah sekian lama percobaan kucing tersebut tidak mondar-mandir lagi, ia langsung menyentuh tombol pembuka pintu.[5]
Dengan demikian thorndike menyimpulkan bahwa proses belajar  melalui dua bentuk, yaitu:
1)   trial and error , mengandung arti bahwa dengan terlatihnya proses belajar dari kesalahan, dan mencoba terus sampai berhasil.
2)   law of effect, mengandung arti bahwa segala tingkah laku yang mengakibatkan suatu keadaan yang memuaskan akan terus diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.
  1. Ivan Petrovitch Pavlov
Teori pavlov lebih dikenal dengan pembiasaan klasik (classical conditioning). Teori ini dimunculkan sebagai hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov, seorang ilmuwan rusia. Teori classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Dalam eksperimennya, Pavlov menggunakan anjing dengan tujuan mengkaji bagaimana pembelajaran berlaku pada suatu organisme.[6]
Teori ini dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov dengan keluarnya air liur. Air liur akan keluar apabila anjing melihat atau mencium bau makanan. Dalam percobaanya Pavlov membunyikan bel sebelum memperlihatkan makanan pada anjing. Setelah diulang berkali- kali ternyata air liur tetap keluar bila bel berbunyi meskipun makananya tidak ada. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan makan atau mandi pada jam tertentu, kebiasaan berpakaian, masuk kantor, kebiasaan belajar, bekerja dll. Terbentuk karena pengkondisian.
  1. Burrhus Frederic Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif.
            Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku.
Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

2.         Teori Belajar konstruktivisme
Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada petengahan abad 20. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk menkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subject, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna, sedangkan pengetahuan hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pngetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan.
                Mengkontruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kkognitif yang terrbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema. Secara lengkap teori konstruksivisme akan anda temukan dalam strategi pembelajaran konstektual dan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir.[7]





[1] Lefudin, M.Pd, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta:Deepublish CV Budi Utama,2017), Cet ke-2, hlm 1
[2] Lefudin, M.Pd, Op.Cit., hlm 3
[3] Prof. Dr. Made Pidarta, Landasan Kependidikan,(Jakarta:PT Rineka Cipta, 1997), hlm 197
[4] Oemar Hamalik, psikologi belajar & mengajar (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2012), hlm. 50.
[5] Mahmud, psikologi pendidikan, hlm 76
[6] Mahmud, psikologi pendidikan, hlm 74
[7] Prof Dr H Wina Sanjaya, M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,        (Jakarta:Kencana Prenadamedia Group, 2014), Cet ke-11, hlm

Komentar

Postingan Populer